Halaman

Rabu, 17 September 2014

Bersenda gurau dengan menyebut nama Alloh, AlQuran, atau Rosululloh

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, ‘Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.’ Katakanlah: ‘Apakah dengan Alloh, ayat-ayat-Nya dan rosul-Nya kamu selalu berolok-olok?’” (QS. At-Taubah: 65)

Sering kita dalam keseharian mendengar orang ataupun rekan kita yang bercanda dengan menyebut nama Alloh, nama Rosululloh, atau dengan ayat-ayat AlQuran, terutama sekali di televisi berupa lawakan atau sinetron seperti “Astaghfirulloh”, “laa ilaha illalloh”, “Allohu akbar”, yang semua hanyalah candaan semata, ataupun bersahadat dalam saksi palsu, dan sebagainya.
Seperti halnya yang terjadi pada kegiatan Ospek di UINSA (UIN Sunan Ampel Surabaya) pada tanggal 28-30 Agustus 2014 ada tulisan di spanduk “TUHAN MEMBUSUK” Rekonstruksi Fundamentalisme menuju Islam Kosmopolitan (Jawa Pos / Metropolis Hal. 29, Rabu 3 September 2014).
Pemasangan di spanduk bertuliskan Tuhan Membusuk di sejumlah titik di kampus UINSA Surabaya berbuntut panjang. Front Pembela Islam (FPI) Jawa Timur menilai hal ini sebagai bentuk penistaan agama (SURYA, Rabu 3 September 2014).
“Karena itulah, kami melapor ke Polda Jatim”, kata Muhammad Khoiruddin, skretaris FPI Jatim usai melapor ke Polda Jatim, Selasa (2/8). Menurutnya, penistaan agama seperti yang dilakukan di kampus Islam tersebut jauh lebih kejam dan berbahaya daripada aksi ISIS dan sebagainya. Pihaknya juga berharap, orang-orang yang terlibat dalam persoalan ini segera diberi sanksi. Termasuk yang memasang spanduk, yang punya ide, pihak penyelenggara, dan orang-orang yang bertanggung jawab di kampus tersebut.
Spanduk tersebut juga gambarnya sudah banyak beredar di dunia maya, sehinggan menyebar ke mancanegara, seperti Turki (surat kabar Jawa Pos/Metropolis Hal. 35, Kamis 4 September 2014).
Ada peristiwa di zaman Nabi Muhammad saw berupa kasus penghinaan/pelecehan yang dilakukan oleh orang-orang munafiq terhadap Alloh, ayat-ayat dan Rosul-Nya, hingga Alloh menurunkan ayat-Nya di atas.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar, Muhammad bin Kaab, Zaid bin Aslam, dan Qotadah, suatu hadits dengan rangkuman sebagai berikut: “Bahwasanya ketika dalam peperangan tabuk, ada seseorang yang berkata: ‘Belum pernah kami melihat seperti para ahli membaca AlQuran (qurro’) ini, orang yang lebih buncit perutnya, dan lebih dusta mulutnya, dan lebih pengecut dalam peperangan’, maksudnya adalah Rosululloh saw dan para sahabat yang ahli membaca AlQuran. Maka berkatalah Auf bin Malik kepadanya: ‘Kau pendusta, kau munafik, aku beritahukan hal ini kepada Rosululloh’, lalu berangkatlah Auf bin Malik kepada Rosululloh untuk memberitahukan hal ini kepada beliau, akan tetapi sebelum ia sampai, telah turun wahyu kepada beliau.”
“Dan ketika orang itu datang kepada Rosululloh, beliau sudah beranjak dari tempatnya dan menaiki untanya, maka berkatalah ia kepada Rosululloh: ‘Ya Rosululloh, sebenarnya kami hanya bersenda gurau dan mengobrol sebagaimana obrolan orang yang mengadakan perjalanan untuk menghilangkan penatnya perjalanan.’ Kata Ibnu Umar: ‘Sepertinya aku melihat orang tadi berpegangan sabuk pelana unta Rosululloh, sedang kakinya tersandung-sandung batu sambil berkata: “Kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja”, kemudian Rosululloh bersabda kepadanya: “Apakah dengan Alloh, ayat-ayat-Nya, dan Rosul-Nya kamu selalu berolok-olok”’”.
Rosululloh saw mengatakan seperti itu tanpa menengok, dan tidak bersabda kepadanya lebih dari pada itu.
Putar-putar lidah yang dilakukan orang munafiq dalam kisah yang menjadi sebab turunnya ayat 65-66 Surat At-Taubah ini tampak lebih sederhana, namun Alloh tetap memvonis mereka sebagai kafir dan mengecam mereka karena telah mengolok-olok Alloh, Rosul-Nya, dan ayat-ayat-Nya.
Kasus itu dapat kita bandingkan dengan silat lidah orang-orang sekarang dengan dalih yang dibuat-buat, misalnya: “ini sekedar wacana”, “ini pembahasan akademis”, jangan dimaknai secara tekstual, literal, atau secara dangkal. Seperti saat diklarifikasi, para mahasiswa menyatakan tidak bermaksud menghina Tuhan. Tetapi, mereka hanya mengkritisi golongan fundamentalis (Jawa Pos/Metropolis, hal. 35, Kamis, 4 September 2014).
Seberani-beraninya orang munafiq zaman Nabi Muhamad saw, mereka ketika melontarkan ejekan terhadap ayat-ayat AlQuran, Rosululloh (baca: agama Islam), sifatnya masih sembunyi-sembunyi dan non-formal. Tetapi sekarang, secara formal dan terang-terangan seperti yang dilakukan di kampus UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kasus seperti ini tidak sekali saja terjadi di kampus IAIN atau UIN. Contoh lain: ajakan Dzikir Anjing hu akbar di IAIN Sunan Gunung Jati Bandung dalam ta’aruf dengan mahasiswa baru September 2004. Di antaranya perkataan: “Selamat bergabung di area bebas Tuhan,” malah ada seorang mahasiswa dari jurusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin mengepalkan tangan dan meneriakkan “Kita berdzikir bersama anjing hu akbar.” (Tabloid Republika Dialog Jumat, 22 Oktober 2004 berjudul “Terpeleset Filsafat di Bandung”)

Hukum Mengolok-olok Alloh, AlQuran, dan Rosululloh

Bagaimana Rosululloh saw menyikapi hal seperti ini? Simak hadits di bawah ini dan pendapat para ulama.
“Ada seorang Yahudi bernama Ka’ab bin Al Asyrof menghina Nabi, Nabi berkata: ‘Siapa yang mau membunuh Ka’ab bin Al Asyrof? Sesungguhnya dia telah menyakiti Alloh dan Rosul-Nya.’ Muhammad bin Maslamah berdiri dan berkata: ‘Wahai Rosullloh, apakah engkau suka jika aku membunuhnya?’ Kata Nabi: ‘Ya.’ Singkat cerita, Ka’ab bin Al Asyrof pun dibunuh oleh Muhammad bin Maslamah.” (Mutafaq alaih dari Jabir)
Hadits riwayat Abu Dawud dari amirul mukminin Ali bin Abi Tholib ra, yang menyatakan: “Ada seorang wanita Yahudi yang sering mencela dan menjelek-jelekkan Nabi saw (oleh karena perbuatannya itu), maka perempuan itu telah dicekik sampai mati oleh seorang laki-laki. Ternyata Rosululloh saw menghalalkan darahnya.” (HR Abu Dawud). Sanad hadits ini dinyatakan jayyid (baik) oleh Syaikh al Islam Ibnu Taimiyah, dan termasuk sejumlah hadits yang sering dijadikan hujjah oleh Imam Ahmad (lihat as Shorim al Maslul ‘ala Syatimi ar Rosul).

Kamis, 06 Maret 2014

Pembukuan Hadits

Penulisan hadits dalam lembaran-lembaran catatan sebetulnya sudah dimulai semenjak masa Rosululloh SAW sebagaimana yang dilakukan oleh Shohabat Abdulloh bin Amr bin Ash. Proses ekspedisi ilmiah untuk peneletian hadits juga sudah berjalan semenjak masa tersebut. Akan tetapi, gerakan penulisan secara resmi dan besar-besaran baru dimulai pada masa tabiin pada zaman Kholifah Umar bin Abdul Aziz dan Imam Az-Zuhry.

Pada masa-masa berikutnya, kegiatan perekaman reportase hadits pun semakin subur dengan ditandai oleh bermunculannya aneka dawawinu's sunah (buku-buku penghimpun materi hadits). Buku-buku hadits tersebut bisa dipetakan sesuai dengan pola dan sistematika penulisannya sebagai berikut:

jawami': yaitu buku-buku hadits yang secara umum berisi seluruh tema-tema agama mulai dari akidah, ibadah, muamalah, akhlak, tafsir, nasihat, siroh, dan sebagainya. Buku-buku bertipe ini adalah semisal Al-Jami'ush Shohih-nya Imam Bukhori dan Imam Muslim. Buku-buku ini disusun dalam sistematika kitab-kitab dan bab-bab.

Selasa, 04 Maret 2014

dump mysql

login ke server dengan ssh

ssh user@host

kemudian masukkan password

kemudian tentukan di folder mana file dump sql akan disimpan.
kemudian perintah untuk melakukan dump sql adalah sebagai berikut:
mysqldump -u [user] -p [nama database] > [nama file untuk menyimpan dump sql]
kemudian masukkan password untuk user database tersebut

hasil dari eksekusi perintah di atas adalah file yang berisi dump suatu database. misalkan [nama file untuk menyimpan dump sql] diisi dengan dump_db.sql, maka akan tercipta suatu file dengan nama dump_db.sql. file dump sql tersebut terletak pada directory kita mengeksekusi perintah di atas. katakanlah pada saat kita menjalankan mysqldump, directory kita berada di folder Downloads, maka dump_db.sql akan berada di dalam folder Downloads.

Senin, 17 Februari 2014

Pengertian Hadits

Hadits adalah laporan tentang sunah Rosululloh, yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Rosululloh, baik berupa perkataan, perbuatan, maupun persetujuan atas perkataan atau perbuatan orang lain. Hadits yang isinya berupa perkataan (sabda) Rosululloh disebut sebagai hadits qouly, yang berupa perbuatan disebut sebagai hadits fi'ly, dan yang berupa persetujuan disebut sebagai hadits taqriry. Di samping itu, ada juga hadits-hadits yang berupa gambaran mengenai karakteristik Rosululloh, baik perangai fisik (washfun kholqy) maupun sifat non-fisik (washfun khuluqy).

Karena berisikan informasi mengenai sunah Rosululloh, hadits menduduki posisi yang sangat penting dalam agama Islam. Sunnah merupakan dasar hukum kedua setelah Al Qur'an sekaligus merupakan penjelasan (tafsir) yang paling otentik mengenai segala hal dalam Al Qur'an. Oleh karena itu, proses pelestarian dan pemeliharaan sunah merupakan suatu hal yang sangat vital di dalam agama Islam.

Pelestarian sunah dilakukan melalui penelusuran terhadap hadits-hadits yang ada berikut pencatatannya dalam buku-buku serta periwayatannya dari generasi ke generasi. Sedangkan pemeliharaan sunah dilakukan melalui penyeleksian terhadap hadits-hadits yang ada sehingga hadits-hadits yang valid dan akurat bisa disaring dari hadits-hadits yang salah dan palsu.

Sebagai sebuah periwayatan, hadits biasanya terdiri dari dua bagian. Pertama, bagian jalur periwayatan yang disebut dengan sanad. Kedua, bagian isi laporan yang disebut dengan matan. Bagian sanad berisi rangkaian periwayat (rawi) hadits beserta redaksi periwayatan antara satu rawi dengan rawi sebelumnya, sedangkan matan hadits berisi teks perkataan maupun teks yang menceritakan perbuatan, persetujuan, ataupun sifat-sifat yang dinisbahkan kepada Rosululloh.

Berikut contoh sebuah hadits yang disebutkan dalam buku Al-Jami'ush Shohih karya Imam Al-Bukhori:
(Imam Al-Bukhori mengatakan): Abdulloh Ibnu Muhammad Al-Ju'fy telah bercerita kepada kami. Ia mengatakan: Abu Amir Al-Aqody telah bercerita kepada kami. Ia mengatakan: Sulaiman Ibnu Bilal telah bercerita kepada kami; dari Abdulloh Ibnu Dinar; dari Abu Sholih; dari Abu Huroiroh RA; dari Nabi (Muhammad) SAW, bahwa beliau pernah bersabda, "Keimanan itu (terdiri dari) enam puluh sekian cabang dan rasa malu merupakan salah satu cabang keimanan."

Matan dalam hadits di atas adalah bagian terakhir yang menyebutkan secara langsung sabda Rosululloh SAW, sedangkan sanad-nya adalah bagian yang berisi rantai periwayatan dari Abdulloh Ibnu Muhammad Al-Ju'fy sampai Abu Huroiroh RA.

Kadang-kadang, isi dari matan sebuah hadits adalah penceritaan Rosululloh SAW mengenai sebuah firman atau ketentuan Alloh, tetapi bukan merupakan salah satu ayat dalam Al-Qur'an. Hadits dengan matan seperti ini biasa disebut sebagai hadits qudsy atau hadits ilahy. Berikut sebuah contoh hadits qudsy yang terdapat dalam buku Shohih Muslim yang berisi ketentuan Alloh dalam pencatatan kebaikan dan keburukan:

(Imam Muslim mengatakan): Syaiban Ibnu Farukh telah bercerita kepada kami: Abdul Warits telah bercerita kepada kami; dari Al-Ja'd Abu 'Utsman: Abu Roja' Al-'Utharidy telah bercerita kepada kami; dari Ibnu Abbas; dari Rosululloh SAW mengenai apa yang beliau riwayatkan dari tuhan beliau (Alloh) Tabaroka wata'ala. Beliau bersabda, "Sesungguhnya Alloh telah mencatat kebaikan (pahala) dan keburukan (dosa) kemudian menjelaskan hal tersebut. Barang siapa yang berkehendak untuk melakukan suatu kebaikan tetapi ia tidak jadi melakukannya, Alloh akan tetap mencatat hal itu sebagai sebuah kebaikan yang utuh di sisi-Nya. Apabila ia berkehendak melakukan kebaikan itu kemudian ia jadi melakukannya, maka Alloh akan mencatatnya sebagai sepuluh kali sampai tujuh ratus kali kebaikan, bahkan sampai berkali-kali lipat. Apabila ia berkehendak untuk melakukan sebuah keburukan dan ia tidak jadi melakukannya, Alloh akan mencatat hal (pembatalan niat buruk) tersebut sebagai sebuah kebaikan yang utuh di sisi-Nya. Apabila ia berkehendak untuk melakukan sebuah keburukan lantas ia jadi melakukannya, maka Alloh hanya akan mencatatnya sebagai satu buah keburukan saja."

Sebuah hadits yang tegas-tegas menisbahkan matan-nya kepada Rosululloh disebut sebagai hadits marfu'. Akan tetapi, ada juga hadits-hadits yang matan-nya ternyata dinisbahkan kepada shohabat atau generasi di bawah mereka. Hadits yang matan-nya dinisbahkan kepada shohabat ini disebut sebagai hadits mauquf dan yang dinisbahkan kepada generasi setelah mereka disebut sebagai hadits maqthu'. Berikut contoh hadits mauquf, sebagaimana terdapat dalam buku Al-Muwaththo' karya Imam Malik, yang matan-nya disandarkan kepada Umar Ibnul Khoththob RA:
(Imam Malik mengatakan): Dari Nafi', mantan budak Abdulloh Ibnu Umar; bahwa Umar Ibnul Khoththob RA pernah menuliskan (ketentuan) kepada para pegawainya (yang berbunyi): "Sesungguhnya perkara kalian yang paling penting bagiku adalah sholat. Barang siapa menjaga serta tekun memeliharanya niscaya ia telah menjaga agamanya. Namun, barang siapa yang menyia-nyiakan sholat niscaya perkara yang lain akan lebih ia sia-siakan lagi."

Rabu, 22 Januari 2014

Iman yang dapat memasukkan ke surga

Abu Ayyub Al-Anshori mengisahkan, "seorang lelaki tiba-tiba mencegat Rosululloh dan bertanya, 'Wahai Rosululloh, beritahukan kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkanku ke dalam surga.'

Para sahabat sontak bertanya, 'Ada apa, mengapa ia?' Nabi pun menjawab, 'Ia memiliki keperluan.'

Kemudian beliau bersabda, 'Beribadahlah kepada Alloh tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dirikan sholat, tunaikan zakat, dan sambunglah tali silaturohmi. Lepaskan tali kekang itu.'"

Abu Ayyub menjelaskan, "Sepertinya beliau ketika itu sedang berada di atas kendaraanyya."




Abu Huroiroh berkata, "Seorang badui datang kepada Nabi dan berkata, 'Tunjukkan padaku suatu amalan yang bila aku kerjakan bisa memasukkanku ke dalam surga.'

Beliau bersabda, 'Beribadahlah kepada Alloh tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dirikan sholat wajib, tunaikan zakat wajib, dan puasa Romadhon'

Orang Badui itu lantas berkata, 'Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, aku tidak akan menambahinya.'

Ketika ia sudah berlalu, Nabi bersabda, 'Barang siapa yang ingin melihat seorang dari penduduk surga maka lihatlah orang itu.'"

Sholat Lima Waktu Salah Satu Rukun Islam

Tholhah bin Ubaidulloh berkata, "Seorang lelaki dari penduduk Najed datang kepada Rosululloh. Rambutnya acak-acakan dan suaranya keras. Meski demikian, perkataannya tak bisa dipahami sehingga ketika ia sudah berada dekat dengan Nabi, ternyata ia bertanya tentang Islam. Nabi pun menjawab, 'Sholat lima waktu dalam sehari semalam.'

Ia bertanya lagi, 'Adakah kewajiban bagiku selain itu?' 'Tidak, kecuali sholat sunah jika engkau berkenan,' jawab Nabi. Beliau melanjutkan, 'Berpuasa pada bulan Romadhon.'

Ia bertanya lagi, 'Adakah kewajiban bagiku selain itu?' 'Tidak, kecuali puasa sunah jika engkau berkenan,' jawab Nabi. Lalu beliau juga menjelaskan kewajiban membayar zakat.

Ia pun bertanya lagi, 'Adakah kewajiban bagiku selain itu?' Beliau menjawab, 'Tidak, kecuali sedekah sunah jika engkau berkenan.'

Kemudian ia pergi seraya berkata, 'Demi Alloh, aku tidak akan menambah atau menguranginya.'
Rosululloh bersabda, 'Ia akan beruntung jika jujur menepatinya.'"

Jumat, 03 Januari 2014

makna iman dan karakteristiknya

Abu Huroiroh berkata,
"Pada suatu hari, ketika Nabi tengah berkumpul bersama para sahabat, tiba-tiba datang seorang lelaki bertanya, 'Apa itu iman?'

Nabi menjawab, 'Iman adalah percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, perjumpaan dengan-Nya, rosul-rosul-Nya, dan hari akhir kebangkitan.'

Ia bertanya lagi, 'Apa itu Islam?'
Beliau menjawab, 'Islam adalah beribadah kepada Alloh dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan berpuasa Romadhon.'

Ia bertanya lagi, 'Apa itu ihsan?'
Beliau menjawab, 'Ihsan adalah engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya. Namun, jika engkau tidak dapat melihat-Nya, ketahuilah bahwa Alloh melihatmu.'

Ia kembali bertanya, 'Kapan hari kiamat terjadi?'
Beliau menjawab, 'Orang yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya. Namun, saya akan menjelaskan tanda-tanda hari kiamat kepadamu, yaitu jika budak sahaya telah melahirkan tuannya dan jika para penggembala unta yang berkulit hitam berlomba-lomba dalam membangun gedung-gedung. Perkara ini termasuk dalam lima (perkara ghoib) yang hanya diketahui oleh Alloh.'

Kemudian Nabi membaca firman Alloh, Sesungguhnya Alloh, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat. Dan Dialah yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.' (Luqman: 34)

Laki-laki itu pergi. Nabi kemudia berseru, 'Panggil kemari orang itu.'

Namun, para sahabat tidak mendapati apa pun (dari jejaknya).

Beliau bersabda, 'Dia adalah malaikat Jibril yang datang untuk mengajar manusia tentang agama mereka.'"